Seperti telah diuraikan beton merupakan adukan / campuran antara semen, pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar) dan air.
Properti dari unsur Perencanaan Beton ini harus ditentukan secara proporsional, sehingga terpenuhi syarat-syarat :
- kekenyalan atau kelecakan (workability) tertentu yang memudahkan adukan beton ditempatkan pada cetakan / bekisting (sifat kemudahan dalam mengerjakan) dan memberikan kehalusan permukaan beton basah.Kekenyalan ditentukan dari :
a. volume pasta adukan
b. keenceran pasta adukan
c. perbandingan campuran agregat halus dan kasar - kekuatan rencana dan ketahanan beton setelah mengeras
- Ekonomis dan optimum dalam pemakaian semen
PERENCANAAN BETON
Dalam menentukan proporsi bahan-bahan pembentuk beton dikembangkan berbagai metode secara empiris berdasarkan hasil-hasil percobaan adukan beton Technical Report no 21 August 1977, United Nation Concrete Manual Indonesia Edition diterbitkan oleh Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, the American Concrete Institute (ACI) dan Portland Cement Association (PCA).
Diatas contoh badan-badan resmi yang mengembangkan cara-cara tertentu menetapkan proporsi unsur-unsur beton memenuhi ketiga syarat beton yang disebutkan diatas.
Rumusan-rumusan dan tabel-tabel yang digunakan bagi analisis merupakan hasil pengamatan yang terjadi bertahun-tahun dari percobaan dan pengamalan di dalam pembuatan beton.
Oleh karena sifat empiris dari rumusan, maka setelah direncanakan penentuan proporsi unsur-unsur beton bagi tingkat kekuatan beton tertentu selalu harus dibuat adukan rencana yang disebut adukan uji coba atau ” TRIAL MIX”.
Berdasarkan hasil-hasil “trial mix” inilah pembuatan secara masal dilakukan, jika terpenuhi dari pemeriksaan benda uji ketentuan kekenyalan, kekuatan dan sifat ekonomis adukan yang telah disyaratkan.
METODA PERENCANAAN
Dua metode yang digunakan untuk penentuan proporsi unsur Perencanaan Beton adalah:
- Metoda modifikasi ASTM
- Metoda Cara Dreux
Metoda modifikasi menggunakan tabel atau grafik untuk menentukan pembuatan “trial mix” beton, beberapa syarat perlu yang dipenuhi adalah :
- Gradasi / distribusi ukuran agregat harus berada di dalam batas-batas yang ditetapkan
- Telah ditetapkan terlebih dahulu
- ukuran terbesar kerikil (agregat kasar) yang akan digunakan
- Specific gravity dari agregat kasar
- Specific gravity agregat halus
- Berat satuan agregat kasar (dry-rodded unit weight)
- Modulus kehalusan (fineness modulus) agregat halus
Persiapan dalam Perencanaan Beton
- perbandingan air dengan semen (rasio w/c)
- slump sebagai ukuran kekenyaalan adukan beton, slump merupakan perbedaan tinggi dari adukan dalam suatu cetakan berbentuk kerucut terpancung terhadap tinggi adukan setelah cetakan diambil.
- Ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan sesuai dengan ketentuan dan kemudahan pelaksanaan pengecoran dan syarat monolit beton
- Bagi perencanaan adukan, berat air rencana dan prosentase adanya udara terperangkap, ditetapkan berdasarkan pada besarnya slump rencana dan ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan.
- Mendapatkan volume rencana agregat kasar setiap m3 beton, digunakan nilai-nilai yang tercantum dalam tabel, menetapkan terlebih dahulu ukuran agregat kasar dan nilai modulus kehalusan (fineness moduli) agregat halus (pasir)
Metoda Dreux dikembangkan oleh Prof. Georges Dreux berkebangsaan Prancis melalui penelitian yang dilakukannya pada th 1979.
Suatu rumusan perancangan campuran beton dinyatakan dengan :
f´cr = G fcc (C/E – 0.5)
dengan :
f’cr = kekuatan tekan beton rata-rata pada umur 28 hari atas dasar benda uji silinder berdiameter 150 mm dengan tinggi 300 mm (MPa)
G = faktor kekompakan butiran (faktor granular), suatu besaran yang menunjukkan besarnya volume yang diisi oleh agregat kasar
fcc = kekuatan tekan mortar semen (MPa)
C = berat semen untuk 1 m3 beton
E = berat air untuk 1 m3 beton
Besar faktor granular (G) dipengaruhi oleh kualitas serta ukuran maksimal agregat yang digunakan.
https://www.youtube.com/watch?v=F5imR9niY9k
Submit your review | |