SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Hujan dialami seluruh wilayah negara Indonesia, dan air hujan dihasilkan oleh sirkulasi pergerakan air melalui proses penguapan dibantu dengan sinar matahari.

SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Air hujan dapat meresap ke dalam tanah dengan baik apabila diatasnya tidak terdapat penghalang seperti beton, aspal, bangunan dan sebagainya.
Akibat yang ditimbulkan dengan tidak lancarnya aliran air kembali ke dalam tanah adalah genangan air dan banjir.

Sumur Resapan Air Hujan merupakan salah satu solusi untuk mencegah terjadinya banjir dan genangan air untuk lokasi dimana permukaan tanah ditutupi sebagian atau seluruhnya oleh beton, aspal dan bangunan.

SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Sistem Sumur Resapan Air Hujan teridiri dari 2 jenis yaitu :

  1. Sumur Resapan Biasa
    Salah satu sumber informasi, berdasarkan surat keputusan Gubernur DKI Jakarta no 115 th 2001, sumur resapan dapat ditempatkan di areal perkarangan pada daerah yang tidak mudah longsor dan / atau terjal dan tidak dibuat pada lokasi timbunan sampah dan/atau tanah yang mengandung bahan pencemar.
    Oleh sebab itu lokasi sumur resapan diharapkan sejauh mungkin dari struktur resapan septictank dan hanya boleh diisi dengan air hujan yang langsung turun atau melalui atap atau talang bangunan turun ke bawah.Sumur Resapan Biasa, dimana terbuat dari buis beton bertulang atau buis beton tanpa tulangan.
    Dimensi buis beton yang digunakan umumnya diameter dalam 80 cm sampai dengan diameter dalam 100 cm.SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
    Informasi produk buis beton dapat dilihat di artikel sebelumnya mengenai Buis Beton
  2. Sumur resapan tirta sakti
    Perbedaan yang mendasar antara sumur resapan yang umumnya dikenal dengan SRB (Sumur Resapan Biasa) dengan sumur resapan Tirta Sakti (SRTS) terletak pada optimasi dan pendaya gunaannya, serta mamfaat yang diperolehnya.
    SRTS merupakan sumur resapan yang dirancang berdasarkan kondisi setempat sehingga model SRTS untuk penggunaan umum tidak dapat dibuat (model sumuran disesuaikan dengan kondisi lokasi). Namun demikian secara prinsip SRTS mempunyai kesamaan dalam hal gagasan dasar dan proses kerjanya.

Pada sistem SRB, sumur berfungsi pada musim penghujan dimana pasokan air diperoleh dari curah hujan yang kemudian dialirkan ke lapisan tidak kedap air melalui sumur resapan.

Pada musim kemarau di mana tidak ada pasokan air hujan, lapisan yang tadinya terisi air akan kembali kosong disebabkan karena penguapan dan/atau pemompaan sumur-sumur, sehingga menyebabkan terjadinya rongga-rongga di dalam lapisan tidak kedap air dan berpotensi untuk diisi dengan air laut (dikenal dengan istilah intrusi  atau kemungkinan terjadinya penurunan muka tanah, yang disebabkan oleh berkurangnya rongga-rongga di dalam tanah akibat tertekan oleh beban di atasnya, baik yang berasal dari bangunan maupun kendaraan.
SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

SISTEM SRTS

Pada Sumur sistem SRTS, di kala musin hujan, sebagaimana halnya SRB, pasokan air diperoleh dari air hujan. Mengingat SRTS mampu mengalirkan air hujan pada beberapa lapisan tanah di bawahnya, baik pada lapisan tidak kedap air, maupun lapisan akifer (aquifer) maka permukaan tanah terhindar dari genangan air yang diakibatkan oleh jenuhnya tanah permukaan dan / atau perkerasan.

Pada musim kemarau dimana pasokan air ke sumur resapan tidak ada / berkurang, maka untuk menggantikan pasokan air hujan digunakan air limbah rumah tangga (limbah domestik) yang sudah disaring (di filter).

Proses filtrasi ini dilakukan dengan menggunakan kotak Tirta Sakti, sebagai bagian integral dari SRTS.

Dengan demikan SRTS dapat berfungsi sepanjang tahun, baik pada waktu musim hujan maupun musim kemarau, sehingga rongga-rongga dalam lapisan tanah yang tidak kedap air dan lapisan akifer selalu terisi pengganti air tanah (air tawar) yang hilang akibat pemompaan dan / atau penguapan.

Untuk menjamin agar air laut tidak mengisi rongga-rongga di dalam lapisan tanah tidak kedap air dan / atau lapisan akifer, rancangan SRTS yang dilengkapi dengan bak penampungan air tawar (yang telah di filter).

Bak penampungan ini dimaksudkan agar dapat menampung sejumlah air dengan volume yang cukup besar sebelum mengalirkannya secara vertikal melalui pipa yang diameternya jauh lebih kecil dibandingkan dengan diameter bak penampung di atasnya.

Hal ini dimaksudkan agar dihasilkan tekanan hidrostatik yang cukup tinggi pada lubang bukaan dan / atau ujung pipa yang berada pada lapisan tanah tidak kedap air dan / atau lapisan akifer di bawahnya.

Tekanan ini diperoleh akibat gaya tekanannya dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus hidrolika.
Akibat tekanan yang cukup besar, maka tekanan air tawar ini akan berpengaruh hingga radius tertentu.

Mengingat rancangan SRTS mengacu pada kondisi setempat, maka untuk memperoleh pemamfaatan SRTS yang optimal diperlukan penyelidikan tanah (soil investigation tests).

Dari hasil contoh tanah (boring log) dapat diketahui secara rinci jenis dan ketebalan lapisan tanah yang dibutuhkan untuk menentukan koefisien rembesan tanah (pada lapisan tidak kedap air) berserta kedalaman dan tebal lapisannya.

Hal ini diperlukan untuk dapat menentukan kedalaman pipa yang perlu dipasang, dimensi pipa dan jumlah serta besaran lubang  pada pipa.

Selanjutnya diperlukan data-data mengenai kebutuhan debit pasokan air, curah hujan rata-rata dan tingkat penguapan pada musim kemarau, untuk dapat menentukan volume bak penampungan.

Kondisi limbah domestik, dalam hal ini yang sudah berupa grey water perlu dianalisis untuk menentukan rancangan kotak Tirta Sakti, baik dalam penentuan jumlah titik, dimensi kotak dan bahan filter yang digunakan.

Bangunan kotak Tirta Sakti seprti diuraikan sebelumnya, berfungsi sebagai tempat untuk menyaring air kotor / limbah rumah tangga (limbah domestik).
Kotak ini terdiri dari beberapa sekat yang saling berhubungan dengan kapasitas kotak antara 15 –  20 m3.

Pada kotak ini, akibat adanya reaksi dan proses un-aerob, terjadi akumulasi panas yang suhunya mencapai sekitar 50ºC (thermophilic digestion).
Pada suhu sekitar 50ºC konsentrasi oksigen yang terlarut menjadi sangat rendah (5,6 ppm) dan dapat membunuh mahluk hidup termasuk bakteri coli yang biasanya banyak terdapat dalam air limbah domestik.

Meskipun air hujan boleh secara langsung di serap ke dalam tanah, namun mengingat kota-kota besar yang penuh dengan kendaraan dan sampah berpotensi bagi pencemaran air hujan yang ada dalam selokan, maka aliran air hujan yang ada dalam selokan, perlu melalui proses penyaringan yang dilakukan di dalam kotak Tirta Sakti, agar mutu air yang masuk ke dalam tanah tidak tecemar.

Pemeriksaan atas mutu air perlu dilakukan agar lapisan akifer tidak dicemari oleh unsur-unsur yang dapat menyebabkan terkontaminasinya sumber daya air.

LIMBAH CAIR

Persyaratan mutu baku limbah cair didasarkan pada surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibu Kota Jakarta No 582 thn. 1995 (Baku Mutu Limbah Cair Industri / Perusahaan / Badan) dan peraturan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup no 03 / MENKLH / 1991.

Dan persyaratan air bersih yang digunakan adalah persyaratan yang dikeluarkan oeh Departemen Kesehatan yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia  No 416 th 1990 (Air Bersih).

Pemeriksaan mutu air bersih perlu dilakukan pada dua titik yaitu pada selokan sebelum air di alirkan ke dalam kotak Tirta Sakti (inlet) dan pada bilik terakhir kotak Tirta Sakti (outlet), sebelum air tersebut dialirkan ke bak kedua yang merupakan bak penampungan sebelum air tersebut disuntikkan ke dalam lapisan tidak kedap air atau lapisan akifer.

Parameter pengukuran tingkat polusi limbah cair seperti ;

  1. Nilai PH
  2. Suhu
  3. Warna, bau dan rasa
  4. Jumlah Padatan (terendap, tersuspensi atau terlarut) dan kesadahan air
  5. Nilai ‘Biochemical Oxygen Demand’ (BOD) dan ‘Chemical Oxygen Demand’ (COD)
  6. Pencemaran mikro organisme patogen (bakteri)
  7. kandungan minyak dan lemak
  8. kandungan logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Ni)
  9. Kandungan bahan radioaktif

Jenis polutan air dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifatnya yaitu :

  1. Padatan
  2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen
  3. mikro organisme
  4. komponen organik sintetik
  5. nutrien tanaman
  6. minyak
  7. sendawa anorganik dan mineral
  8. bahan radioaktif
  9. panas

Ciri-ciri air yang tercemar tergantung dari jenis air dan unsur-unsur yang merngakibatkan terkontaminasinya air (polutan).
Air yang terkontaminasi akan mengalami perubahan rasa, bau dan warna serta tanda-tanda lain yang sukar untuk di deteksi tanpa melalui pemeriksaan laboratorium.

Polutan dapat berupa zat yang dapat menyebabkan penyakit (seperti bakteri, virus, protozoa dan cacing parasit), bahan-bahan parasit dan bahan organik yang larut di dalam air seperti asam, garam, logam yang bersifat racun.

Sumber dan proses pencemaran air hujan, air tanah oleh penduduk biasanya berasal dari rembesan kakus dan saluran air kotor, yang ditandai tingginya kadar zat organik (BOD, COD, Mn) Nitrat dan adanya bakteri ‘coli’ serta deterjen (surfaktan).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *